Sabtu, 10 Maret 2012

*> Kisah Zahra yang belum sempat meminta maaf kepada Ibunya <*

         Angin pagi  segar berhembus membuat dedaunan melambai lambai, taman yg sangat indah membuat kesejukan tersendiri untuk pengunjungnya. Disinilah sekarang Zahra berada, merilekskan dirinya, mencoba mengambil kedamaian untuk sementara, dengan sesekali menatap wajah pada bingkai kecil yg dipeganginya dari tadi. Ingin sekali waktu berputar, menghilangkan semua rasa penyesalan yg telah di lakukannya di masa lalu. Bu, Zahra rindu kepada ibu, maafkan Zahra bu karena tidak bisa membahagiakan ibu … kata Zahra dalam hati sambil memejamkan matanya, menangis untuk kesekian kalinya setiap memegangi bingkai foto almarhum sang ibu. Sepintas memori memori kenangan pahit terulang dalam renungan Zahra ….
                                                                                         ***
                10  tahun yg lalu …
                Pagi ini Zahra  sudah siap untuk berangkat sekolah, sebenarnya Zahra malas untuk pergi sekolah, yg dia pikirkan untuk apa pergi sekolah kalau hanya membuat dirinya bosan ? lebih enak pergi ke kelab dengan teman temannya dan bersenang senang disana. Berkali kali ibunya mencoba mengingatkan Zahra agar jangan bergaul dengan teman yg tidak baik namun Zahra tidak mengindahkan nasihat ibunya. Zahra masih saja pergi ketempat tempat yg menurut ibunya hanya membawa malapetaka.
                “bu, berangkat sekolah dulu” kata Zahra pamit dengan ibunya, dan langsung melenggang pergi tanpa mencium tangan ibunya.
                “kamu gak cium tangan ibu ,Ra ?” Tanya  ibunya dengan suara lembut dan penuh kasih sayang.
                “ngapain sih ? ga usah berlebihan deh bu, udah ya Zahra ntar terlambat ke sekolah nih !” jawab Zahra dengan nada kasar, Zahra memang jarang untuk mencium tangan ibunya. Menurutnya itu terlalu berlebihan. Ibunya hanya bisa banyak bersabar dan semoga Zahra suatu hari nanti dapat berubah menjadi anak yg baik dan dapat menyayanginya ibunya sendiri.
                “yasudah hati hati ya.” Pesan ibunya. Zahra akhirnya berangkat ke sekolah,  ibunya tidak pernah berhenti berdoa untuk Zahra agar di bukakan hatinya, di berikan kesadaran agar dia mau menjadi anak yg lebih baik lagi. Jujur ibunya sangat sedih dengaan keadaan anaknya yg seperti itu. Kondisi ibunya Zahra sedang sakit, beliau takut tidak bisa membuat Zahra menjadi perempuan muslimah yg baik sebelum dirinya meninggal.
                                                                                                ***
                Disekolah …
                Zahra tidak serius memperhatikan pelajarannya, dari tadi kerjaannya hanya memain mainkan rambutnya saja. Dirinyaa tidak peduli dengan komentar teman-temanya yg lain, dan pada akhirnya habislah kesabaran Pak Rendi guru Sejarah yg sedang mengajar di kelasnya Zahra tersebut.
                “Zahra, kalau kamu tidak serius mengikuti pelajaran saya, kamu silahkan keluar !! disini yg mau belajar masih banyak, daripada yg lain terganggu melihat tingkah mu lebih baik kamu keluar !”  kata Pak Rendi sambil marah marah, Pak Rendi tadinya masih dapat menahan emosi melihat tingkah Zahra, tapi lama kelamaan habis sudah !
                “kenapa bapak ga bilang dari tadi ? saya udah bosen pak, sekolah tuh ga ada gunanya, buang buang waktu tau ga ?” ucap Zahra dengan santai. Pak Rendi dan teman sekelas Zahra sungguh tidak percaya apa yg baru saja di katakan oleh Zahra. Tapi Zahra tetap tidak peduli dengan reaksi orang orang disekitarnya. Akhirnya Zahra memasukkan semua buku pelajarannya ke dalam tas dan pergi keluar dari kelas.
                “yg lain lanjutkan menulis catatannya !” perintah Pak Rendi.
Zahra bosan berada di sekolah, ingin rasanya bolos lagi hari ini. Zahra berkeliling sekitar koridor sambil berfikir akan bolos kemana dirinya hari ini. Tiba-tiba Zahra  bertemu dengan Kevin, Reihan, dan Steve yg juga sedang berjalan di koridor dari arah berlawanan dengannya. Kevin yg sudah lama menyukai Zahra berusaha tersenyum padanya, namun sepertinya nihil hasilnya karena Zahra sama sekali tidak membalas senyuman dari Kevin. Kevin suka dengan Zahra  dengan kondisinya yg apa adanya. Tidak peduli bahwa dia anak yg bandel, tidak tahu aturan, bagi Kevin, Zahra hanya sedang merasa butuh seorang teman. Tapi buat teman teman Kevin, Zahra itu memang sudah jelek sifatnya dari lahir, bahkan teman teman Kevin sebal dengan Zahra karena dia berani terhadap ibunya. Kalau bukan karena Kevin sahabatnya, Reihan dan steve pasti sudah melabrak Zahra dari dulu.
                “Ra, ngapain sendirian ? emang kamu  lagi ada jam kosong ya pelajarannya ?” tanya Kevin ramah dan menyunggingkan senyuman.
                “ga usah sok baik deh, ga usah sok deket ama  gue ! gue mau cabut dari sekolah, mau apa lo ?” jawab Zahra dengan tatapan sinis dan tidak suka. Zahra sangat membenci Kevin, sikap Kevin yg berlebihan dan sok baik hanya membuat Zahra semakin membencinya.
                “eh cewe gila, biasa aja dong, Kevin kan nanya baik baik sama lo ! lo gak tau diri banget, jangan merasa paling penting deh lo !” sambar Reihan yg tidak kuat melihat Kevin sahabatnya yg di semprot abis-abisan oleh Zahra. Steve juga jadi ikut emosi. Dasar cewek gak tau diri ! pikir Steve.
                “eh lo apaan sih ? yaudah kalo emang Zahra ga suka gue Tanya, itukan hak dia, elu berdua ga usah marah marah ma dia, gue yg salah kok !” Kevin berusaha mengalah dan membela Zahra. Zahra makin membencinya, untuk apa membela dirinya ? gak penting banget! pikir Zahra. Reihan dan Steve tidak percaya dengan apa yg dilakukan oleh Kevin, membela Zahra dan menyalahkan Reihan dan Steve ? namun akhirnya Reihan memutuskan untuk diam dan tidak melanjutkan ocehannya. Dasar Kevin !
                “hmm, yaudah Ra, kita ke perpus dulu ya !” kata Kevin lagi pada Zahra, namun Zahra masih tetap tidak peduli. Kevin akhirnya meniggalkan Zahra diikuti Reihan dan Steve.  Dan Zahra masih menatap sinis mereka dari kejauhan.  Dan tiba tiba dari belakang, Zahra dikagetkan oleh seseorang.
                “DOR !!” orang itu menepuk bahu Zahra, Zahra kaget, dan hampir mencaci orang yg mengagetkannya tadi sebelum dirinya tahu kalau yg mengagetkan dirinya adalah Vio. Vio cowok berandal disekolah, dan dialah yg selalu mengajak Zahra ke tempat tempat kelabing.
“rese lo ya, ngapain lo ngagetin gue ? lo pengen bikin gue mati ? “ Zahra marah marah.
                “galak banget mbak haha, bolos yuk ! eh kebetulan nih udah bawa tas !” kata Vio, Vio berusaha mengajak Zahra untuk bolos sekolah, Zahra tertarik dengan ajakan Vio, dan akhirnya dia mengangguk mau. Dan akhirnya Vio dan Zahra pergi keluar sekolah.
Kevin, Reihan, dan Steve yg melihat Zahra dan Vio dari perpus di lantai atas hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, bisa-bisanya Zahra berteman dengan berandal di sekolah, pikir Steve.
                “Vin, tuh liat cewek yg lo suka, masih aja lo suka ma dia, mending lo cari yg lain deh !” kata Steve sambil kepalanya mengarahkan ke Zahra yg sedang menuju parkiran motor. Kevin hanya tersenyum mendengar omongan Steve. Reihan hanya diam kali ini tidak ikut berkomentar.
                                                                                         ***
                Vio, Rendi, Alex dan juga Zahra sudah ada di salah satu kelab di Jakarta.  Ini salah satu tempat nongkrong mereka kalau mereka sedang bolos. Kebetulan kelab ini buka 24jam. Zahra sudah tampak mabuk karena dari tadi kerjaannya hanya minum wine saja. Sudah hampir 10 gelas yg Zahra minum.
                “woy guys, gua happy banget disini nih hahaha, tapi mata gue udah berat banget nih kayaknya haaha” kata Zahra dalam keadaan mabok. Vio cs hanya tertawa tawa saja mendengarnya. Sebenernya Vio cs mempunyai niat jelek terhadap Zahra. Untuk itulah Zahra di bawa ke tempat kelab seperti ini, dan menyodorkan wine dari tadi kepada Zahra, dan kebetulan di minum Zahra dengan senang hati.
                “coy, udah mabok nih cewe. Mau di apain nih cewe enaknya?” Tanya Alex sambil berbisik di telinga Vio. Vio tampak sedang berfikir apa yg harus di lakukan pada cewe mabok di hadapannya ini.
                                                                                             ***
                Di perpustakaan…
                Kevin, Reihan, dan Steve sedang sibuk membaca buku ensiklopedia di perpustakaan. Namun tiba-tiba Kevin kepikiran dengan Zahra yg sedang bersama dengan Vio. Kevin tahu persis bagaimana perilaku Vio, dia bisa berlaku jahat terhadap siapa saja. Mendadak perasaan Kevin tidak tenang.
                “Rei, Stev kita balik aja yuk. Perasaan gue tiba-tiba gak tenang gini. Yuk” ajak Kevin kepada sobat-sobatnya. Reihan dan Steve menjadi bingung ada apa dengan Kevin. Namun pada akhirnya Reihan dan Steve menyetujui Kevin untuk segera pulang.
                20 menit kemudian…
                Kevin tiba di sebuah rumah sederhana di daerah Jakarta timur. Di lihatnya rumah tersebut. Sepi. Ibu nya Zahra kemana ya? Pikir Kevin. Kevin melepaskan helm miliknya dan turun dari motor lalu masuk ke rumah Zahra dan mencoba mengetuk pintu rumah Zahra.
                “Permisi, Assalamualaikum. Permisi tante” Kevin mengetok ngetok pintu rumah Zahra yg terlihat sepi. Akhirnya tak berapa lama kemudian seorang wanita yg sudah cukup tua keluar dari rumah yg pasti adalah Ibunya Zahra. Kevin tersenyum dan salim kepada Ibunya Zahra saat Ibunya Zahra mempersilakan Kevin masuk ke rumah.
                “eemm tante, maaf saya mau nanya, Zahra udah pulang belum tante?” Tanya Kevin.
                “belum kok nak Kevin, aduh kemana ya Zahra? Tante jadi khawatir. Tante sedih kalo Zahra gak berubah berubah dari dulu. Tante bingung gimana caranya Zahra bisa berubah. Tante jadi sedih nak Kevin.” Wajahnya Ibunya Zahra menyiratkan kekhawatiran karena anaknya belum pulang juga sekaligus menyiratkan kesedihan yg sangat mendalam. Kevin dapat memahami perasaan Ibunya Zahra. Tapi jujur Kevin juga tidak dapat membantu banyak.
                “maafin Kevin ya tante karna Kevin juga gak bisa bantu banyak. Tapi Kevin selalu berusaha menjadi teman yg baik buat Zahra kok tante supaya Zahra gak merasa sendirian di sekolah.” Jelas Kevin. Yah, jujur hanya itu saja yg dapat di lakukan oleh Kevin untuk Zahra, Kevin sangat menyukai Zahra tapi Kevin juga sadar kalau dari dulu Zahra tidak pernah suka dengan dirinya.
                “ohya nak Kevin mau minum apa? Tante sampai lupa nawarin minum.” Ibunya Zahra tertawa kecil karena lupa menawari minum kepada Kevin. Dan akhirnya Kevin juga jadi ikut tertawa.
                “jangan repot-repot tante, ini Kevin udah mau pamit. Hehe.” Tolak Kevin halus. Kevin pun bangkit dari kursi dan pamit kepada Ibunya Zahra. Ibunya Zahra mengantarkan Kevin hingga keluar rumah, saat sedang berjalan tiba-tiba Ibunya Zahra merasa pusing sekali, batuk-batuknya lebih parah, bahkan mengeluarkan darah. Dan tidak lama kemudian beliau pingsan. Kevin yg saat itu hampir menyalakan mesin motor jadi mengurungkan niatnya dan langsung menolong Ibunya Zahra lalu segera membawa beliau kerumah sakit.
                                                                                           ***
                Sementara itu…
                Keadaan Zahra sudah sangat mabuk, Vio masih belum memutuskan mau di apakan cewek mabuk dihadapannya ini. Zahra masih di biarkan saja di kelab itu dalam keadaan setengah sadar.
                “vi, mau lo apain nih cewe? Mending kita tinggal aja deh”  Rendi sudah mulai bosan melihat Zahra, bagi Rendi keadaan Zahra sangat menyusahkan.
                “sabar man! Gua juga lagi bingung. Apa kita mau bawa ke hotel aja ya?” Vio juga sedang bingung. Alex dan Rendi hanya mengangakat bahu tanda terserah.
Tak lama kemudian handphone Zahra berbunyi tanda panggilan telefon masuk, tapi dengan kondisi Zahra sekarang ini tidak memungkinkan Zahra mengangkat telefon tersebut. Sesaat di biarkan handphone tersebut berdering dan bergetar sampai akhirnya Vio melihat handphone Zahra. Muncul ide iseng untuk nama yg tertera di layar handphone tersebut.
                “halo Ra, Zahra nyokap kamu masuk rumah sakit, kamu mesti ke sini sekarang, kamu kemana sih? Nyokap kamu Ra!” terdengar suara panik dari seberang sana saat handphone Zahra diangkat. Vio hanya tertawa mendengar Kevin berbicara. Dasar tolol ! pikir Vio.
                “halo Ra, Zahra, jawab dong kamu lagi dimana? Biar aku jemput. Nyokap kamu kritis Zahraa!” terdengar lagi suara Kevin saat tidak ada jawaban sama sekali dari handphone Zahra.
                “Zahra lagi sama gua tolol! Dia lagi mabuk berat hahaha.. dan dia kayaknya sama sekali gak ingat nyokapnya deh hahaha.” Kevin merasa ini bukan suara Zahra, ya. Ini memang bukan suara Zahra. Lalu ini suara siapa? Pikir Kevin. Sesaat akhirnya Kevin tahu siapa pemilik suara tadi. Vio! Benar juga. Tadi di sekolah Zahra pergi bersama Vio. Zahra mabuk? Bahaya! Zahra dalam bahaya. Vio bisa berbuat apa saja terhadap Zahra.
                “vio? Lo dimana Vi? Lo jangan macem-macem sama Zahra ya! Cepet lo kasih tau dimana posisi lo sekarang? Kondisi nyokap Zahra udah bener-bener parah .” Kevin makin panik setelah mengetahui Vio lah yg mengangkat telefonnya. Zahra dalam bahaya.
                “lo pikir gua bakal ngasi tau gitu aja? Ha? Gue rasa Zahra gak bakal peduli dengan kondisi nyokapnya yg udah mau mati. Hahaha.” Handphone Zahra segera dimatikan oleh Vio saat pembicaraan terakhirnya dengan Kevin.
                “halo halo? Vio? DODOL!” Kevin benar-benar marah saat ini. Vio sudah keterlaluan. Ya Tuhan dimana Zahra sekarang bersama Vio, tolong jaga Zahra ya Tuhan. Akhirnya Kevin memutuskan pergi dari rumah sakit untuk mencari Zahra, kondisi Ibunya Zahra sekarang sudah ditangani dokter. Jadi dirinya punya waktu untuk mencari Zahra.
                                                                                            ***
                Saat ini Kevin benar-benar tidak tahu harus mencari dimana Zahra. Kevin sudah mendatangi beberapa rumah teman Vio tapi hasilnya nihil. Saat Kevin melintasi jalan tiba-tiba matanya tertuju pada kelab yg cukup ramai tersebut. Bukan seberapa tertariknya Kevin pada kelab yg ramai tersebut tapi pada salah satu mobil Honda jazz silver yg ada di pelataran parkir di kelab tersebut. Itu mobil Vio. Ya tidak salah lagi. Kevin sangat mengenali mobil brengsek itu. Kevin segera memutar balikan motornya saat belum jauh melewati kelab tersebut. Di parkirkannya cepat-cepat motor miliknya. Dan masuk kedalam kelab tersebut. Matanya bergerak liar mencari seseorang yg sudah ingin di tonjoknya. Habis sudah kesabarannya selama ini! Nah itu dia ketemu si brengsek Vio bersama Alex dan Rendi. Dan… Zahra yg dalam keadaan mabuk setengah sadar. Tapi.. mau diapakan Zahra?
Zahra mencoba berontak dalam keadaannya  yg setengah sadar tersebut, tapi apa daya? Keadaannya tidak memungkinkanndirinya untuk melakukan perlawanan terhadap Vio dan teman-temannya. Vio sudah mulai akan membawa Zahra ke hotel secara paksa, Zahra yg sempat menyadari dirinya dalam keadaan bahaya langsung memberontak, tapi semakin Zahra memberontak semakin Vio berlaku kasar terhadapnya.
                “LEPASIN TIDAK!” saat itu juga dilayangkan pukulan keras ke pipi Vio saat Kevin sudah mendekati mereka ber-empat. Vio terhuyung kebelakang dan melepaskan cengkramannya pada Zahra. Saat itu juga tulang pipi Vio mulai memar. Vio tidak terima dengan apa yg barusan dilakukan oleh Kevin. Bagaimana Kevin bisa tahu kalau dirinya ada disini? Sial! Vio berusaha membalas pukulan Kevin tapi dengan sigap Kevin menghalaunya dan balik memukul Vio lagi. Dan kali ini sampai Vio terjatuh. Alex tidak terima dengan perlakuan Kevin kepada Vio sahabatnya. Saat  Alex hampir mau membalas  Kevin,  Vio mencegahnya.
                “ini urusan gua. Lo semua gak usah ikut campur.” Vio berdiri sambil meringis memegangi tulang pipinya yg memar.
                “selama ini gua diam melihat tingkah lo Vi, tapi sekarang? Gak. Nyokap Zahra lagi kritis sekarang. Kalo lo ngebiarin Zahra disini. Itu sama aja lo pembunuh! Lo sama aja ngebunuh nyawa orang.” Kevin saat ini sudah benar-benar emosi. Zahra yg dari tadi diam karena masih takut dan kaget dengan kejadian yg menimpa dirinya kini membekap mulutnya dengan sebelah tangan. Dirinya tidak percaya bahwa sekarang ibunya kritis. Entah apa yg dirasakan Zahra sekarang tapi rasanya dirinya ingin menangis, menyesali semua perbuatan yg selama ini dilakukan terhadap ibunya
                “lo serius Vin? Ibu gue?” dirinya masih tidak bisa percaya. Sekarang perasaanya hanya tidak ingin ibunya pergi meninggalkan dirinya.
                “aku serius Ra, kita harus kerumah sakit sekarang ya. Nyokap kamu khawatirin kamu.” Jawab Kevin lembut. Tak perlu berfikir lama, Kevin langsung membawa Zahra kerumah sakit untuk menemui sang ibu.
                                                                                                ***
                Di rumah sakit…
                Saat ini Zahra sedang ada di kamar rumah sakit, menangis melihat kondisi Ibunya yg belum sadarkan diri. Zahra benar-benar menyesal. Andai aja tadi gue pulang cepet, gue bener-bener tolol, dan anak yg gak tau terima kasih. Pikir Zahra. Zahra mengelus wajah Ibunya, memandanginya dengan tatapan sedih. Begitu pucat, begitu lemah, tapi dirinya tetap tersenyum. Tapi dibalik senyumnya itu masih tersirat kesedihan. Itu sangat jelaas terlihat. Zahra makin menangis.
                “kamu mesti sabar Ra. Ini cobaan buat kamu dan mama kamu.” Kevin yg dari tadi dengan setia menemani Zahra kini berusaha menenangkan Zahra. Kevin juga ikut sedih kalau Zahra sedih.
                “gue nyesel banget Vin, dan mungkin udah terlambat buat gue menyesali semuanya. Gue sadar sekarang kalau gue sangat menyayangi ibu. Gue gak mau kehilangan ibu Vin.” Kata Zahra di tengah-tengah tangisnya. Dirinya sadar sudah banyak membuat dosa kepada sang ibu. Dan dirinya berharap ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya.
                “Ibu.. maafin Zahra ya bu. Selama ini Zahra gak pernah nurut kata ibu, selalu melawan Ibu, membantah ibu, dan kurang ajar sama Ibu. Padahal Ibu sayang banget sama Zahra. Zahra sayang sama ibu, Zahra gak mau Ibu pergi ninggalin Zahra. Kasih satu kesempatan untuk Zahra memperbaiki semuanya bu. Hikshikshiks” Kata Zahra tulus sambil memegangi tangan sang ibu. Tangan Ibu bergerak perlahan, Zahra dapat merasakannya, karena Zahra sedang menggenggam tangan Ibu. Mata Ibu perlahan terbuka, terlihat sayu matanya. Seulas senyum merekah di bibir Zahra melihat sang Ibu sudah siuman.
                “Zahra, kamu ada disini?” Tanya ibunya dengan suara parau. Seulas seyum mengembang di bibir sang ibu.
                “iya bu, Zahra disini. Bu, maafin Zahra ya selama ini Zahra banyak salah, selalu bikin kesel ibu” Zahra menitihkan air matanya. Terlalu banyak penyesalan dan dirinya merasa terlambat untuk memperbaikinya. Zahra sekarang hanya bisa berharap agar Ibunya cepat sembuh dan bisa menyayangi Ibu sepenuh hatinya.
                “Ibu seneng nak kamu disini, Ibu bahagia banget akhirnya kamu bisa menerima Ibu di sisi kamu. Maafin Ibu ya belum bisa membahagiakan kamu.” Ibu terlihat bahagia, Ibu menangis bahagia melihat Zahra ada di sisinya.
                “gak bu, gak. Ibu gak salah. Ibu jangan nyalahin diri ibu. Zahra yg salah. Zahra sayang sama Ibu.” Ucap Zahra di tengah-tengah tangisnya.
                “ibu… juga sa..yang sama Zah…ra” di saat itu juga Ibunya Zahra menghembuskan nafas terakhirnya dan menutup mata. Dan senyum sang Ibu masih menghias bibirnya yg pucat.
                “IBUUUUU…. JANGAN TINGGALIN ZAHRAA..” tangis Zahra makin pecah. Zahra tidak percaya apa yg dialaminya sekarang. Dirinya tidak yakin apakah benar Ibunya kini telah tiada. Terlalu singkat waktu kebersamaan dirinya dengan sang Ibu. Zahra mengguncang-guncang tubuh sang Ibu tapi percuma saja. Ibu tak kunjung membuka mata.
Kevin dengan segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan terakhir Ibunya Zahra. Dokter pun sedang memeriksa Ibunya Zahra. Kevin juga sedang berusaha menenangkan Zahra.
                “maaf nak Zahra, saya gak bisa bantu banyak. Ibu kamu memang sudah pergi untuk selamanya. Tapi saya lihat Ibu kamu meninggal dengan perasaan tenang.” Kata sang dokter.
                “makasi dok.” Jawab Kevin.
                “saya permisi dulu ya.” Kata sang dokter lagi dan meninggalkan ruangan.
                                                                                              ***






                Pagi hari yg penuh duka….
                Hari ini adalah hari pemakaman Ibunya Zahra. Zahra masih dalam keadaan yg benar-benar sedih, benar-benar terlambat untuk dirinya memperbaiki semua kesalahan yg pernah dibuatnya, terlambat untuk membahagiakan sang ibu. Rasanya akan berat hari-hari Zahra setelah semua ini. Jenazah sang Ibu sudah dibawa ke pemakaman, sudah siap dimakamkan.
                “Ra, kamu mesti tegar untuk semua ini. Ini cobaan buat kamu.” Kevin berusaha menenangkan Zahra saat sedang proses pemakaman sang Ibu.
                “ini teguran buat gue Vin, Tuhan mungkin marah sama gue karena gak bisa menjadi anak yg baik. Tapi sekarang gue berusaha untuk menerimanya.” Jawab Zahra sambil menatap jenazah sang Ibu yg mulai ditutup dengan gundukan-gundukan tanah. Air mata Zahra tak bisa ditahan, Zahra menangis lagi. Tapi kali ini air matanya di biarkan mengalir tanpa suara tangis dari bibirnya.
Selamat jalan bu, Ibu akan selalu ada di hati Zahra, ibu tetap yg terbaik bagi Zahra, Zahra janji setelah semua ini, Zahra akan mengubah hidup Zahra menjadi lebih baik lagi, menjadi perempuan shaleha yg ibu mau selama ini. Tapi Zahra ingin Ibu selalu mengirimkan Doa buat Zahra agar Zahra bisa melalui semua ini. Zahra juga akan selalu mendoakan Ibu di manapun Zahra berada.
Angin berhembus membuat dedaunan melambai, sejuk. Itu yg dirasakan Zahra. Tiba-tiba Zahra tersenyum kecil. Terimakasih bu atas semua yg telah ibu berikan pada Zahra.
                                                                                             ***
                Hari ini berjalan begitu lambat, selesai pemakaman sang ibu, Zahra tidak langsung pulang, dirinya masih sempat menatap sedih pada makam sang Ibu. Hilang sudah kasih sayang yg selama ini di berikan Ibu untuk dirinya. Zahra meminta Kevin menemaninya dulu di tempat makam, dan sudah pasti Kevin dengan senang hati menemaninya.
                “makasi buat semua pertolongan lo ya Vin, maaf buat semua kesalahan yg pernah gue buat ke elo, kesalahan gue terlalu banyak.” Kata Zahra tulus. Zahra benar-benar merasa sangat bersalah pada Kevin. Sesaat Kevin tersenyum.
                “aku gak pernah marah sama kamu Zahra, aku selalu berusaha yg terbaik buat kamu karena aku sayang sama kamu, aku gak pengen kamu terjerumus ke hal-hal yg gak baik, apalagi kamu deket sama Vio, aku khawatir banget sama kamu Ra. Tapi sekarang aku senang kamu udah sadar.” Jelas Kevin, masih sambil tersenyum. Senyum yg tulus. Entah apa yg Zahra rasakan sekarang, tapi Zahra merasa senyum itu membuat hatinya damai, Zahra pun akhirnya membalas senyuman Kevin.
                “akhirnya kamu senyum juga buat aku. Sering-sering aja ya hehehe” lanjut Kevin sambil tertawa. Pipi Zahra spontan memerah.
                                                                                                ***
             Masa sekarang…
                Kejadian itu tidak akan pernah Zahra lupakan sampai kapanpun, itu lah pelajaran paling mahal yg pernah Zahra alami. tapi di satu sisi Zahra bersyukur karena dari kejadian itu dirinya dapat hikmah paling berarti untuk hidupnya, dan sekarang Kevin adalah seseorang yg menemaninya. Zahra sangat menyayangi Kevin, begitu juga dengan Kevin.
Sekali lagi Zahra menatap wajah Ibunya pada bingkai yg di pegangnya. Seulas senyum tersungging dari bibir Zahra. Zahra sangat merindukan sang Ibu.sungguh!
                “hai” sapa Kevin sedikit mengagetkan Zahra. Zahra menoleh kearah datangnya suara itu dan kemudian tersenyum.
                “aku udah yakin kamu pasti disini. Soalnya tadi aku dateng kerumah kamu tapi sepi. Yaudah aku cari aja kamu disini. Eh bener kan ada disini. Hehe” lanjut Kevin disusul dengan tawa Zahra mendengar tuturan dari Kevin.
                “aku kangen Ibu, Vin.” Ucap Zahra setelah tawa nya reda. Kevin duduk disamping Zahra, mengelus kepalanya dengan rasa sayang.
                “ibu kamu juga pasti kangen kamu disana. Makanya kamu harus selalu kirim doa buat beliau.” Kevin berusaha membuat tenang Zahra. Inilah istimewa Kevin, dia selalu bisa membuat Zahra tenang. Dan inilah Kevin  yg membuat hati Zahra tertuju hanya dirinya,Kevin.
                “selalu vin.” Jawab Zahra singkat.
                “kita pulang yuk. Mending kita ngobrol dirumah kamu.” Ajak Kevin untuk pulang meninggalkan taman. Zahra menghirup udara sejenak. Lalu mengiyakan ajakan Kevin untuk pulang.
                                                                                                ***
Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar