Sungguh naif jika aku rela menggadaikan surga firdaus dengan sampah dunia
Sungguh malang jika aku tega menjual kekhusyukan dalam shalat dengan angan-angan haram
Sungguh merugi jika aku harus mengganti bidadari suci dengan makhluk lemah
Sedemikian indahkah dunia sehingga aku harus mengejarnya?
Sedemikian mahalkah cinta manusia sehingga aku harus mengemisnya
Sungguh benar Ibnul Khattab yang telah memahami hakikat hidup ini,
"Andai bukan karena shalat dan majelis ilmu, niscaya aku tidak berminat hidup di dunia ini."
Sungguh benar Kekasihku SAW yang telah berpesan,
"Andaikan dunia memiliki nilai, niscaya orang kafir takkan diberi minum."
Ya, bahkan sayap nyamuk pun lebih mulia dari dunia dan seisinya
Karena dunia hanyalah pelabuhan
Perlu bekal dan persiapan
Begitu juga seorang kawan
Sebagai penopang dalam perjalanan
Saat dibutuhkan
Namun apa jadinya jika kawan itu justru melenakan ?
Bukan mendukung namun menjerumuskan
Ke dalam lembah kenistaan
Lebih baik melangkah sendirian
Toh, di surga sana banyak kawan
Mereka pun banyak yang sampai di sana sendirian
Tanpa seorang teman
Karena teman sejati adalah pengobar semangat
Untuk terus melaju dan melangkah ke depan
Bukan pemadam api jihad
Yang merengek cengeng dan manja dalam pelukan
Sungguh tak semestinya aku risau
Semua sudah ada Yang Mengatur
Cukup kutapaki jalan ini bersama keridhoan-Nya
Tak perlu berharap dari selain-Nya
Semoga kita berjumpa di sana, kawan
Di tepi telaga Kautsar bersama para kekasih Alla h
Itulah kebahagiaan sejati
Jika kau mengetahui
Jika kau siap melangkah bersama
Mari kugandeng tanganmu
Namun jika kau masih terikat dengan dunia
Lebih baik pulanglah dulu
Jalan ini sangat terjal, kawan
Perlu keteguhan dan kesabaran
Persiapkanlah segalanya
Untuk menjadi bekal kita nanti di sana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar